Terapi Bermain Anak 3-5 Tahun (Bermain Playdough)


       I.            KONSEP TEORI BERMAIN
A.    Pengertian
Bermain yaitu cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk mencar ilmu alasannya yaitu dengan bermain, anak akan berkata-kata, mencar ilmu mengikuti keadaan dengan lingkungan melakukan apa yang sanggup dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain yaitu acara yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain yaitu cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 2005).
B.     Fungsi
1.        Perkembangan Sensori
a.     Memperbaiki keterampilan motorik bergairah dan halus serta koordinasi
b.     Meningkatkan perkembangan semua indra
c.     Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d.    Memberikan pelampiasan kelebihan energi
2.        Perkembangan yang intelektual
a.    Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
b.    Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna
c.    Pengalaman dengan angka, kekerabatan yang renggang, konsep abstrak
d.   Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
e.    Memberikan kesempatan untuk melatih masa kemudian dalam upaya mengasimilasinya kedalam persepsi dan kekerabatan baru
f.     Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita


3.        Perkembangan sosialisasi dan moral
a.    Mengajarkan kiprah orang dewasa, termasuk perilaku kiprah seks
b.    Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
c.    Mengembangkan keterampilan sosial
d.   Mendorong interaksi dan perkembangan perilaku nyata terhadap orang lain
e.    Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral
4.        Kreativitas
a.    Memberikan kanal ekspresif untuk wangsit dan minat kreatif
b.    Memungkinkan fantasi dan imajinasi
c.    Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5.        Kesadaran diri
a.    Memudahkan perkembangan identitas diri
b.    Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c.    Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
d.   Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang lain
e.    Memungkinkan kesempatan untuk mencar ilmu bagaimana perilaku sendiri sanggup mensugesti orang lain
6.        Nilai Teraupetik
a.    Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b.    Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak sanggup diterima dalam bentuk yang secara sosial sanggup diterima
c.    Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman
d.   Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal perihal kebutuhan, rasa takut, dan keinginan
C.    Tujuan
1.      Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada ketika sakit.
Pada ketika sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
2.      Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Permainan yaitu media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai perasaan yang tidak menyenangkan.
3.      Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan sesuatu menyerupai yang ada dalam pikirannya.
4.      Dapat mengikuti keadaan secara efektif thp stres alasannya yaitu sakit dan di rawat di RS.
D.    Prinsip – prinsip Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
1.      Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan atau intake yang kurang sanggup menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun alasannya yaitu energi yang ada dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.
2.      Waktu yang cukup
Anak harus memiliki cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan sanggup optimal. Selain itu, anak akan memiliki kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
3.      Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus diadaptasi dengan usia dan tahap perkembangan anak. Orang renta hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat permainan yang diberikan sanggup berfungsi dengan benar dan memiliki unsur edukatif bagi anak.
4.      Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain sanggup dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau daerah khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga sanggup menjadi daerah untuk menyimpan permainannya.
5.      Pengetahuan cara bermain
Anak mencar ilmu bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir yaitu yang terbaik alasannya yaitu anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang renta yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.
6.      Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa sahabat sebaya, saudara, atau orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri biar sanggup menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan kekerabatan dan sekaligus memperlihatkan kesempatan kepada orang renta untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami perbedaan.
E.     Faktor yang Mempengaruhi Bermain
1.      Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang renta dan Perawat harus mengetahui dan memperlihatkan jenis permainan yang tepat  untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2.      Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak pada ketika sakit dan jeli memilihkan permainan yang sanggup dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
3.      Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan  jenis kelamin laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan yaitu salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki – laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
4.      Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak memiliki cukup ruang untuk bermain.
5.      Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan harus aman bagi anak.
F.     Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif yaitu alat permainan yang sanggup mengoptimalkan perkembangan anak, diadaptasi dengan usia dan tingkat perkembangannya.
Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :
1.      Pertumbuhan fisik dan motorik kasar
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
2.      Motorik halus       
Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3.      Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
4.      Bahasa      
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
5.      Menolong diri sendiri
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
6.      Tingkah laku sosial
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak pasir, bola, tali, dll.
G.    Klasifikasi Bermain
1.        Menurut isi permainan
a.    Sosial affective play
Inti permainan ini yaitu kekerabatan interpersonal yang menyenangkan antara anak  dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
b.    Sense of pleasure play
Permainan ini sifatnya memperlihatkan kesenangan pada anak (contoh: main air dan pasir).
c.    Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya motorik bergairah dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda).


d.   Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan kiprah sebagai orang lain melalui permainanny. (misal: dokter dan perawat).
e.    Games
Permainan yang menggunakan  alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor (Contoh : ular tangga, congklak).
f.     Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek  yang ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
2.        Menurut abjad sosial
a.       Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk  ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
b.      Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja sama.
c.       Parallel play
Anak menggunakan  alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia toddler.
d.      Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak  dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak terang (Contoh: bermain boneka, masak-masak).
e.       Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih terang pada permainan jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).


3.        Menurut usia
a.    Umur 1 bulan (sense of pleasure play)
1)      Visual       : sanggup melihat dgn jarak dekat
2)      Audio       : berbicara dgn bayi
3)      Taktil        : memeluk, menggendong
4)      Kinetik      : naik kereta, jalan-jalan
b.    Umur 2-3 bln
1)        Visual       : memberi objek terang, membawa bayi keruang yang   berbeda
2)        Audio       : berbicara dengan bayi,memyanyi
3)        Taktil        : membelai waktu mandi, menyisir rambut
c.    Umur 4-6 bln
1)        Visual       : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton TV
2)        Audio       : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas
3)        Kinetik      : bantu bayi tengkurap, mendirikan  bayi pada paha ortunya
4)        Taktil        : memperlihatkan bayi bermain air
d.   Umur 7-9 bln
1)        Visual       : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri
2)        Audio       : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan menyerupai mama, papa
3)        Taktil        : membiarkan main pada air mengalir
4)        Kinetik      : latih berdiri, merangkap, latih meloncat
e.    Umur 10-12 bln
1)        Visual       : memperlihatkan gambar terang dalam buku
2)        Audio       : membunyikan suara binatang tiruang, memperlihatkan tubuh dan menyebutnya
3)        Taktil        : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan angin
4)        Kinetik      : memperlihatkan anak mainan besar yang sanggup ditarik atau didorong, menyerupai sepeda atau kereta
f.     Umur 2-3 tahun
1)        Paralel play dan sollatary play
2)        Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering merusak mainan)
3)        Jenis mainan: boneka,alat masak,buku dongeng dan buku bergambar
g.    Preschool 3-5 thn
1)        Associative play , dramatik play dan skill play
2)        Sudah sanggup bermain kelompok
3)        Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran
h.    Usia sekolah
1)        Cooperative play
2)        Kumpul prangko, orang lain
3)        Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
4)        Dapat mencar ilmu dengan aturan kelompok
5)        Laki-laki : Mechanical
6)        Perempuan : Mother Role
                                                              i.      Mainan untuk Usia Sekolah :
1)        6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda
2)        8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda
j.   Masa remaja
1)        Anak lebih dekat dengan kelompok
2)        Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama
H.    Bermain di Rumah Sakit
Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang sanggup mengeskpresikan perasaan tersebut dan bisa bekerja sama degan petugas kesehatan selama dalam masa perawatan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memperlihatkan keuntungan sebagai berikut :
1.      Meningkatkan kekerabatan klien dan perawat.
2.      Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan sanggup berdiri diatas kaki sendiri pada anak.
3.      Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
4.      Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.
Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit :
1.      Permainan  yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
2.      Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3.      Sesuai dengan kelompok usia.
4.      Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.
5.      Perlu partisipasi orang renta dan keluarga.
Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :
1.    Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan  umur perkembangannya.
2.    Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi.
3.    Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak.
4.    Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari daerah tidur sesuai dengan kondisi anak.














    II.            TERAPI BERMAIN PLAYDOUGH/MALAM EDUKATIF UNTUK ANAK USIA 3-5 TAHUN
A.    Deskripsi
Pada usia 3-5 tahun anak sudah bisa mengembangkan kreatifitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang sanggup mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dan mengontrol emosi, motorik bergairah dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang sanggup digunakan pada usia ini menyerupai benda-benda di sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk mencar ilmu melipat, gunting dan air.
Playdough/malam yaitu salah satu alat permainan edukatif dalam pembelajaran yang termasuk kriteria alat permainan murah dan memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi.
B.     Jenis Permainan
Jenis permainan yang digunakan yaitu playdough/malam. Playdough/malam merupakan permainan yang yang terbuat dari plastisin dengan berbagai macam warna yang ada. Permainan ini dilakukan dengan membentuk malam menjadi berbagai jenis hewan, tumbuhan, buah, tempat, dan benda lainnya. Sebelumnya akan diberikan satu acuan membuat sebuah kreasi benda dari malam dan selanjutnya anak akan membuat kreasi malam sesuai keinginan dan kreatifitasnya sendiri.
C.    Tujuan
1.      Umum
Anak bisa membentuk malam tersebut dengan kreatifitas dan imajinasinya sendiri.
2.      Khusus 
a.       Tujuan untuk anak
1)      Mengenal benda.
2)      Penggunaan playdough sanggup membantu anak melatih keterampilan fisik dengan tangan ketika mereka memanipulasi playdough dengan jari mereka. Anak sanggup berlatih menyerupai mencubit, meremas, atau menyodok ketika mereka bermain dengan playdough.
3)      Membantu anak dalam melatih imajinasi dan kemampuan kognitif lainnya menyerupai imitasi, simbolisme dan pemecahan masalah. Hal ini membantu anak mencar ilmu lebih banyak perihal lingkungan ketika ia meniru bentuk benda sehari-hari dengan playdough.
4)      Membantu anak untuk tenang disaat frustasi atau marah. Memegang dan meremas adonan bermain sanggup menghasilkan efek menenangkan pada si anak dan berguna untuk mengajarkan keterampilan manajemen kemarahan, dan lebih nyaman untuk mengekspresikan.
5)      Mengembangkan keterampilan sosial ketika ia bermain bersama dengan anak-anak lain dan sanggup memperlihatkan kesempatan bagi anak untuk latihan bekerja sama dan berbagi.
6)      Anak bisa mengembangkan kemampuan gerak halus.
7)      Dapat mengenal warna-warna.
b.      Tujuan untuk perawat
1)      Agar perawat mengetahui permainan anak sesuai dengan tahap perkembangan.
2)      Membangun trust antara pasien anak dan perawat.
3)      Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 3-5 tahun.
4)      Agar perawat mengetahui perkembangan anak usia 3-5 tahun.
5)      Melatih kreativitas perawat dalam menentukan jenis permainan yang tepat bagi anak sesuai tahap perkembangan.
c.       Tujuan untuk orangtua
1)      Untuk menambah wawasan perihal cara mendidik anak sesuai dengan usia anak.
2)      Untuk menambah wawasan orang renta perihal cara memperlihatkan pendidikan pada anak dengan cara yang menyenangkan.


D.    Sasaran
Kriteria Pasien
1.   Anak usia pra-sekolah (3-5 tahun)
2.   Anak kooperatif
3.   Anak dengan komunikasi verbal baik
4.   Anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain
E.     Setting Ruangan

                                    
        emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk mencar ilmu alasannya yaitu dengan Terapi Bermain Anak 3-5 Tahun (Bermain Playdough)           emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk mencar ilmu alasannya yaitu dengan Terapi Bermain Anak 3-5 Tahun (Bermain Playdough)     
                                             

 emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk mencar ilmu alasannya yaitu dengan Terapi Bermain Anak 3-5 Tahun (Bermain Playdough) fasilitator 1                                                leader
    fasilitator 2                                                 anak 1
fasilitator 3                                                     anak 2
  observer                                                     anak 3
F.     Uraian Tugas Kelompok
1.      Leader :
Tugas dari leader dalam terapi bermain ini antara lain:
a.       Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain.
b.      Menjelaskan peraturan kegiatan  sebelum acara dimulai.
c.       Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok.
d.      Mampu Memimpin acara dari awal sampai akhir.
2.      Fasilitator :
Tugas dari fasilitator dapt berupa:
a.       Memfasilitasi anak yang kurang aktif.
b.      Berperan sebagai role model bagi anak selama acara berlangsung.
c.       Membantu anak bila anak mengalami kesulitan.
d.      Mempersiapkan alat dan daerah permainan.
3.      Observer :
Tugas dari seorang observer adalah:
a.       Mengobservasi jalannya / proses kegiatan.
b.      Mencatat perilaku verbal dan nonverbal anak selama acara berlangsung.
c.       Memantau  kelancaran acara dan  perkembangan serta karakteristik anak.
G.    Perilaku Anak yang diharapkan
1.        Anak bisa mengekspresikan kreatifitasnya dan imajinasi.
2.        Anak mengikuti permainan dengan baik sampai selesai dan tidak rewel.
3.        Anak bersifat kooperatif.
4.        Anak bisa menikmati dan merasa senang.
5.        Anak sanggup mengenal benda.
6.        Anak bisa mengembangkan kemampuan gerak halus.
7.        Anak sanggup mengenal warna-warna.
8.        Anak sanggup mengekspresikan perasaan.
9.        Anak sanggup meningkatkan sosialisasi dan kerjasama.




H.    Analisa Kondisi Anak
1.        Nama                    : An. X
Usia                      : 3-5th
Jenis Kelamin       :
Karakteristik         :
2.        Nama                    : An. Y
Usia                      : 3-5tahun
Jenis Kelamin       :
Karakteristik         :
3.        Nama                    : An. Z
Usia                      : 3-5 tahun
Jenis Kelamin       :
Karakteristik         :
I.       Analisa situasi
Terapi bermain ini dilaksanakan di :
1.        Tanggal                             : 4 januari 2013
2.        Jam                                   : 08.30-selesai
3.        Tempat                             : Ruang bermain atau playland
4.        Jumlah peserta                  : 3 orang
5.        Jumlah perawat                : 5 orang
6.        Alat yang digunakan        : malam/plastisin dan papan alas
J.      Rencana Pelaksanaan
1.        Pembukaan
a.         Persiapan (10 menit)
1)        Mempersiapkan alat untuk terapi bermain
2)        Mempersiapkan daerah bermain
3)        Mempersiapkan anak
b.         Perkenalan (5 menit)
1)      Leader memperkenalkan anggota kelompok pada anak-anak
2)      Leader dan fasilitator membantu anak untuk memperkenalkan diri pada teman-teman
c.         Penjelasan (5 menit)
Menjelaskan kepada anak untuk menuangkan pikirannya dalam plastisinnya tersebut.
2.        Pelaksanaan (30 menit)
a.         Fasilitator mengenalkan plastisin dengan berbagai macam warna yang ada
b.         Fasilitator memperlihatkan acuan bagaimana cara mempergunakan alat tersebut
c.         Fasilitator dan anak bergotong-royong membentuk plastisin ke dalam sebuah kretifitas dengan imajinasi yang ada pada anak
d.        Anak diberi kesempatan untuk berkreatifitas sendiri
e.         Memberikan reward kepada anak
3.        Evaluasi (5 menit)
a.         Evaluasi pelaksanaan oleh leader
b.         Evaluasi final oleh observer.
c.         Evaluasi umum :
1)        Keaktifan anak
2)        Respon anak
3)        Proses bermain
4)        Situasi ketika pelaksanaan
K.     Antisipasi Masalah
1.        Anak berselisihan
a.         Antara anak yang berselisih dilerai.
b.         Tanyakan penyebab perselisihan yang terjadi.
c.         Jika tidak berhasil libatkan pendamping atau orangtua.
2.        Anak menangis
a.         Mendekati anak dan menghibur anak.
b.         Berusaha menenangkana anak dan memberi mainan.
c.         Libatkan pendamping atau orangtua.
3.        Anak murka
a.         Meredam emosi dengan mengajak anak bercanda.
b.         Menanyakan penyebab marah.
4.        Anak pasif
Perawat memotivasi anak untuk ikut bermain dengan memperlihatkan pujian.
5.        Anak bermain sendiri
a.         Anak dibimbing untuk mengikuti permainan.
b.         Membujuk anak untuk mau bergabung dengan sahabat yang lain.
6.        Anak ingin BAK / BAB
Membantu anak untuk BAB / BAK dengan mengajaknya ke kamar mandi.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel